Sabtu, 09 Februari 2013
Sabtu, 05 Januari 2013
Tips Memilih Ayam Aduan
Cara Memilih Ayam
Bangkok Unggul bagus Untuk Aduan dan bagaimana ciri ciri ayam bangkok aduan
yang bagus, nahhh bagi anda yang masih pemula di dunia ayam aduan yang saat ini
mulai banyak penggemarnya karena mungkin sangat menjanjikan untuk hobi yang
menghasilkan rupiah yang lumayan, karena ayam ini akan meningkat harganya jika
menang tarung.
Seperti apa ciri
cirinya dan silahkan anda simak untuk artikel selengkapnya dibawah ini jangan
lupa kunjungi juga Hewan Kesayangan.
Hal yang perlu diperhatikan
1.
Selain bertulang
kokoh dan rapat,ayam aduan kalau berdiri tegak elang.Ayam seperti ini kalau
berkelahi kepalanya tegak keatas untuk mematuk kepala lawan dan mempunyai
kekuatan mendorong yang besar waktu berkelahi.
2.
Mempunyai kepak sayap
yang rapat kebadan,sehingga waktu berkelahi kepala lawan susah masuk kesela-sela
sayap dan pukulan lawan juga sulit masuk ke kepak sayap ayam,memiliki bulu
sayap dan ekor yang lengkap.
3.
Mempunyai sisik kaki
yang kering dan keras.Sewaktu adu pukulan ayam takkan merasa sakit dan memiliki
ruas tulang leher yang rapat.
4.
Mempunyai jari kaki
yang kecil dan panjang.Ayam seperti ini mempunyai pukulan yang menyakitkan.
5.
Mempunyai kaki yang
pipih,dimana bagian samping lebih lebar dari bagian kaki depannya.Ayam seperti
ini memiliki pukulan yang mematikan.
6.
Mempunyai tulang
sapit udang/tulang kloaka yang rapat dan keras.Kalau rapat ayam rajin melakukan
pukulan dan memiliki napas yang lebih panjang.Semakin keras tulang kloaka/sapit
udang semakin keras pula pukulan yang dimilikinya.
7.
Memiliki kepala
seperti buah pinang dan bulu yang tebal.Kepala seperti ini mempuyai kelincahan
mematuk lawan.Dan bulu yang tebal berfungsi untuk menahan pukulan yang
diterima.
8.
Memiliki pukulan
menyilang atau menggunting.Ayam seperti ini mampu mematahkan leher
lawannya.Ayam ini kalau hendak memukul posisi kakinya tidak sejajar,posisi
kakinya seperti hendak melangkah.
9.
Mempunyai kaki yang
besar pada pergelangan kaki.Kaki dari lutut sampai kepergelangan kaki makin
besar.Ayam seperti ini memiliki pukulan yang keras.
10.
Untuk ayam pukul
pilih ayam yang memiliki pergelangan kaki yang besar sedangkan untuk ayam taji
pilih ayam yang memilki pergelangan kaki kecil atau sedang.
Warna-warna bulu
Selain kepintarannya berkelahi ayam bangkok/aduan
memiliki warna bulu yang beragam.Ada sebagian penghobi suka mengoleksi ayam
aduan dengan warna dan corak bulu tertentu.Sebetulnya warna bulu mempunyai
pengaruh terhadap penampilan ayam aduan/bangkok,bahkan bisa mempengaruhi mental
lawannya.Dibawah ini ada beberapa warna dan corak bulu ayam menurut kelasnya
1.
Wiring Bulu ayam
bangkok jantan yang paling populer dan berkelas adalah warna wiring kuning.
Corak warna wiring adalah terdiri dari warna dasar hitam dengan bulu rawis
leher dan rawis ekor berwarna kuning kemerahan. Jika warna rawis yang dominan
adalah kuningkeemasan dan memiliki kaki dan paruh berwarna kuning maka disebut
sebagai wiring kuning. Jika warna rawis cenderung merah tua kecoklatan disebut
wiring galih.
2.
Taduang/hitamBulu
ayam bangkok yang berkelas setelah wiring adalah taduang/hitam, rawis dan bulu
hias juga hitam.Kalau paruh,kaki dan mata juga hitam maka disebut sipatuang
rimbo.Ayam sipatuang rimbo ini memiliki keistimewaan atau tuah yang akan kita
bahas nantinya.
3.
Bangkeh berbeda
dengan wiring yang memiliki warna dasar hitam, ayam bangkeh memiliki warna
dasar yang hampir sama dengan rawisnya yaitu kuning kemerahan. Jika warna bulu
cenderung kuning keemasan disebut bangkeh emas dan jika warna bulu lebih gelap
kemerahan disebut dengan bangkeh api.
4.
Kanso/klabu Warna
kanso memiliki warna dasar abu-abu. Jika rawisnya berwarna gelap atau abu-abu
kehitaman disebut dengan kanso monyet dan jika rawisnya berwarna kuning kemerahan
disebut kanso api.
5.
Kuriak/Jali Warna
kuriak adalah warna yang merupakan campuran beberapa warna tapi dalam catatan
ada garis-garis kecil.Atau campuran beberapa warna dimana setiap helai bulunya
bergaris-garis kecil.Seperti hitam-putih-hitam-putih ada juga abu-abu-putih
abu-abu-putih dan begitu juga warna yang lainnya. Jarang ayam bangkok yang
berwarna jali. Ada orang tertentu yang sangat memburu bangkok asli dengan warna
ini karena kelangkaannya dan berkesan eksotis.
6.
Kinantan/putihWarna
putih kinantan adalah warna bulu putih.rawis dan bulu hias juga putih ditambah
sisik dan mata juga putih.ayam warna ini memiliki tuah/keistimewaan dari ayam
yang lain. Ada juga warna putih usu adalah warna bulu putih semua termasuk bulu
hias dan bulu rawis,kaki berwarna kuning dan paruh berwarna putih.warna usu ini
juga punya keistimewaan ,kita bahas pada bab berikutnya.
Warna
ayam di atas adalah warna-warna utama. Dalam persilangan lebih lanjut bisa saja
masing-masing warna memiliki varian yang beragam. Sebagian pengadu menganggap
warna sebagai standar kualitas. Didalam pertarungan warna bulu memegang peranan
cukup berarti karena warna bulu bisa mempengaruhi mental lawan. Warna
wiring,taduang,dan bangkeh adalah warna paling berkelas dibanding warna-warna
Performa Ayam Ketawa
Ayam Ketawa berasal dari sidrap Sulawesi Selatan, Ayam ini perawakan, warna bulu serta karakternya hampir menyerupai ayam - ayam pada umumnya, Ayam ketawa ini dahulunya dipelihara oleh bangsawan Kraton Bugis, Ayam Ketawa ini menjadi klanggenan bangsawan – bangsawan tersebut, dan pada saat ini Ayam Ketawa ini termasuk salah satu jenis unggas yang dilindungi jadi untuk mendapatkanya juga lumayan susah.
Pemeliharaan ayam ketawa pada umumnya masih dilakukan secara ekstensif tradisional atau secara diumbar di halaman dan di kebun sekitar rumah, sehingga produktivitasnya tidak maksimal, produksi telur ayam Ketawa mencapai rata-rata 8 sampai 15 butir/ fase peneluran atau sekitar 130-160 butir/ekor/tahun. Bobot telur pertama bertelur seberat 30 g/butir akan bertambah terus sampai 36 g/butir pada akhir bulan kedua berproduksi, sehingga sudah siap untuk ditetaskan.
Bobot hidup ayam Ketawa, konsumsi kumulatif ransum, dan efisiensi penggunaan ransum (FCR) per ekor meningkat dari minggu per minggu. Bobot induk ayam Ketawa mencapai kisaran 1100 – 1400 g/ekor pada umur pertama bertelur yaitu 160-180 hari atau 5,5 – 6 bulan. Sementara itu ayam Ketawa Jantan dewasa mempunyai bobot berkisar antara 1400 – 2000 g/ekor. Daya tunas (fertilitas) mencapai tingkat 83 – 90% dengan perkawinan alam dan daya tetas mencapai 80%. Hal ini berarti bahwa ayam Ketawa masih mempunyai daya tetas sama seperti ayam kampung pada umumnya.
Senin, 29 Oktober 2012
The Ceylon Jungle Fowl
Ayam hutan Srilangka/Ceylon Junglefowl (Gallus lafayetii, Lesson 1831)
Ayam hutan Srilangka adalah burung endemik yang memiliki daerah sebaran terbatas di Pulau Srilangka. Nama ilmiah ayam ini, didedikasikan oleh Rene Lesson, seorang ahli bedah angkatan laut dan naturalis berkebangsaan Perancis, untuk menghormati seorang bangsawan di negaranya, Gilbert du Motier-Marquis de La Fayette. Rene Lesson tercatat sebagai ilmuwan Eropa pertama yang melihat burung Cendrawasih di habitat aslinya, di Maluku dan Papua.
Ayam hutan Srilangka memiliki warna dasar hitam, dengan warna kuning keemasan di leher dan warna jingga gelap di sekitar punggung. Wajah berwarna merah dengan jengger merah berbentuk bilah besar yang bergerigi. Bagian tengah jengger berwarna kuning. Sepasang gelambir cukup besar menggantung di bawah dagu. Kaki berwarna kuning kemerahan dengan taji yang agak lurus dan runcing. Ekor memiliki warna hitam hijau keunguan dengan susunan yang serupa dengan ayam hutan merah.
Panjang ayam jantan berkisar 66-73 cm dengan berat 0,8-1,2 kg. Betina jauh lebih kecil, dengan panjang 30-35 cm dan berat 0,5-0,6 kg. Ukuran jengger akan mengecil setelah melewati musim kawin. Profil ayam hutan Srilangka dapat dilihat pada Gambar 27. berikut ini.
Gambar 27. Ayam hutan Srilangka. Sumber: Wikipedia.
Ayam betina memiliki warna tubuh coklat yang suram. Bulu dada agak besar dengan warna dasar coklat. Tepi bulu dada berwarna putih. Ciri khas dari ayam hutan Srilangka betina terletak pada bulu sayapnya yang berwarna belang antara coklat dan putih (Gambar 28). Betina bersarang di tanah dengan 2-4 telur berwarna krem atau coklat.
Ayam hutan Srilangka memiliki perilaku bersarang yang unik dibandingkan ayam hutan lainnya. Ayam hutan betina cenderung bersifat polyandri dan berhubungan dengan beberapa pejantan yang masih bersaudara.
Pejantan paling dominan (pejantan alfa), bertugas mengawini betina dan siaga melindungi betina. Pejantan alfa memiliki bunyi kokok tertentu yang berfungsi seperti alarm, jika sesuatu yang berpotensi bahaya mendekati sarang.
Pejantan Beta yang lebih inferior, bertugas menjaga dan berpatroli agak jauh dari sarang betina untuk melindungi sarang dari predator atau pemangsa seperti ular dan musang. Telur akan menetas setelah dierami selama 20 hari.
Gambar 28. Ayam hutan Srilangka Betina. Sumber: Wikipedia.
Sebagaimana ayam hutan lainnya, ayam hutan Srilangka bersifat terestrial. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari makanan dengan mengais tanah di lantai hutan untuk mencari biji-bijian, buah yang jatuh dan serangga. Anak ayam yang masih muda sangat membutuhkan asupan makanan hidup, berupa berbagai jenis serangga dan juvenil kepiting darat. Sedangkan ayam dewasa memiliki menu yang lebih bervariasi.
Ayam jutan Srilangka sangat peka terhadap penyakit yang menyerang ayam ras atau ayam kampung pada umumnya. Ayam ini juga terbiasa memakan mangsa yang hidup, sehingga tidak bisa mengkonsumsi makanan buatan pabrik. Oleh karena itu, ayam hutan Srilangka sangat sulit dipelihara di penangkaran.
Status Konservasi
Populasi ayam hutan Srilangka yang masih banyak ditemukan di habitatnya, membuat IUCN memasukkan ayam ini dalam kategori Least Concern atau berisiko rendah untuk mengalami kepunahan. Jika populasi ayam ini dalam kondisi kritis di habitat aslinya, akan sangat sulit mencegahnya dari kepunahan, sebab ayam hutan Srilangka ini cukup sulit dikembangbiakkan di penangkaran. Wali Kukula, demikian masyarakat setempat memberi nama ayam hutan ini, juga dikenal sebagai burung nasional
Ayam hutan Srilangka adalah burung endemik yang memiliki daerah sebaran terbatas di Pulau Srilangka. Nama ilmiah ayam ini, didedikasikan oleh Rene Lesson, seorang ahli bedah angkatan laut dan naturalis berkebangsaan Perancis, untuk menghormati seorang bangsawan di negaranya, Gilbert du Motier-Marquis de La Fayette. Rene Lesson tercatat sebagai ilmuwan Eropa pertama yang melihat burung Cendrawasih di habitat aslinya, di Maluku dan Papua.
Ayam hutan Srilangka memiliki warna dasar hitam, dengan warna kuning keemasan di leher dan warna jingga gelap di sekitar punggung. Wajah berwarna merah dengan jengger merah berbentuk bilah besar yang bergerigi. Bagian tengah jengger berwarna kuning. Sepasang gelambir cukup besar menggantung di bawah dagu. Kaki berwarna kuning kemerahan dengan taji yang agak lurus dan runcing. Ekor memiliki warna hitam hijau keunguan dengan susunan yang serupa dengan ayam hutan merah.
Panjang ayam jantan berkisar 66-73 cm dengan berat 0,8-1,2 kg. Betina jauh lebih kecil, dengan panjang 30-35 cm dan berat 0,5-0,6 kg. Ukuran jengger akan mengecil setelah melewati musim kawin. Profil ayam hutan Srilangka dapat dilihat pada Gambar 27. berikut ini.
Gambar 27. Ayam hutan Srilangka. Sumber: Wikipedia.
Ayam betina memiliki warna tubuh coklat yang suram. Bulu dada agak besar dengan warna dasar coklat. Tepi bulu dada berwarna putih. Ciri khas dari ayam hutan Srilangka betina terletak pada bulu sayapnya yang berwarna belang antara coklat dan putih (Gambar 28). Betina bersarang di tanah dengan 2-4 telur berwarna krem atau coklat.
Ayam hutan Srilangka memiliki perilaku bersarang yang unik dibandingkan ayam hutan lainnya. Ayam hutan betina cenderung bersifat polyandri dan berhubungan dengan beberapa pejantan yang masih bersaudara.
Pejantan paling dominan (pejantan alfa), bertugas mengawini betina dan siaga melindungi betina. Pejantan alfa memiliki bunyi kokok tertentu yang berfungsi seperti alarm, jika sesuatu yang berpotensi bahaya mendekati sarang.
Pejantan Beta yang lebih inferior, bertugas menjaga dan berpatroli agak jauh dari sarang betina untuk melindungi sarang dari predator atau pemangsa seperti ular dan musang. Telur akan menetas setelah dierami selama 20 hari.
Gambar 28. Ayam hutan Srilangka Betina. Sumber: Wikipedia.
Sebagaimana ayam hutan lainnya, ayam hutan Srilangka bersifat terestrial. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari makanan dengan mengais tanah di lantai hutan untuk mencari biji-bijian, buah yang jatuh dan serangga. Anak ayam yang masih muda sangat membutuhkan asupan makanan hidup, berupa berbagai jenis serangga dan juvenil kepiting darat. Sedangkan ayam dewasa memiliki menu yang lebih bervariasi.
Ayam jutan Srilangka sangat peka terhadap penyakit yang menyerang ayam ras atau ayam kampung pada umumnya. Ayam ini juga terbiasa memakan mangsa yang hidup, sehingga tidak bisa mengkonsumsi makanan buatan pabrik. Oleh karena itu, ayam hutan Srilangka sangat sulit dipelihara di penangkaran.
Status Konservasi
Populasi ayam hutan Srilangka yang masih banyak ditemukan di habitatnya, membuat IUCN memasukkan ayam ini dalam kategori Least Concern atau berisiko rendah untuk mengalami kepunahan. Jika populasi ayam ini dalam kondisi kritis di habitat aslinya, akan sangat sulit mencegahnya dari kepunahan, sebab ayam hutan Srilangka ini cukup sulit dikembangbiakkan di penangkaran. Wali Kukula, demikian masyarakat setempat memberi nama ayam hutan ini, juga dikenal sebagai burung nasional
The Grey Jungle Fowl
Ayam hutan abu-abu/Grey Junglefowl (Gallus sonneratii Temminck, 1813)
Ayam hutan abu-abu adalah jenis ayam hutan endemik yang memiliki daerah sebaran terbatas di India. Ayam jantan memiliki warna dasar tubuh hitam dengan bintik berwarna merah tanah. Bulu di bagian punggung dan dada tumbuh memanjang seperti bulu ayam bekisar, didominasi warna abu-abu dengan pola yang indah. Bulu leher tidak sepanjang bulu ayam hutan merah, berwarna lurik hitam dan kuning.
Sebagaimana ayam hutan merah, ayam hutan abu-abu juga menggugurkan bulu lehernya, setelah lewatnya musim berbiak. Nama ilmiah ayam hutan merah, didedikasikan oleh J. C. Temminck, direktur Museum sejarah alam Leiden yang pertama, untuk menghormati penjelajah Perancis, Pierre Sonnerat.
Susunan bulu ekor sama dengan ayam hutan merah, kecuali bentuk bulunya yang lebih lebar dengan ujung yang tumpul. Jengger berwarna merah berpial bilah dengan gerigi yang halus. Muka juga berwarna merah dengan sepasang gelambir di bawah dagu. Kaki berwarna merah.
Berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan abu-abu ini tidak mengepakkan sayapnya sebelum berkokok. Profil ayam hutan abu-abu dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah ini :
Gambar 24. Ayam hutan abu-abu. Sumber: www.clementsfrancis.com-2007
Ayam betina memiliki warna yang lebih suram. Pial/jengger dan gelambir di kepala tidak ditemukan, sebagaimana ayam hutan merah betina. Bulu bagian atas berwarna kuning kecoklatan bercampur merah tanah, ekornya berwarna coklat kuning kehitaman.
Ciri yang paling menyolok adalah bulu dadanya yang tumbuh memanjang dan melebar berwarna putih dengan ring hitam menitari tepi bulu. Pola dan warna bulu dada ini menjadikan ayam hutan abu-abu betina sebagai ayam betina terindah dibandingkan dengan spesies ayam hutan betina lainnya. Profil ayam ini dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini.
Gambar 25. Ayam hutan abu-abu betina.
Ayam hutan abu-abu menyukai habitat hutan yang tidak terlalu lebat dengan rumput yang sedikit atau tidak ada rumput sama sekali. Makanannya terdiri dari berbagai macam biji-bijian, buah hutan dan serangga terutama rayap.
Musim berbiak berkisar bulan Pebruari hingga Mei. 4 hingga 7 butir telur dierami betina di dalam sarang selama 21 hari.
Masyarakat lokal menyebut ayam ini Komri dalam bahasa Rajasthan, Geera kur atau Parda komri dalam bahasa Gondi, Jangli Murghi dalam bahasa Hindi, Raan kombdi dalam bahasa Marathi, Kattu Kozhi dalam bahasa Tamil and Malayalam, Kaadu koli dalam bahasa Kannada dan Tella adavi kodi dalam bahasa Telugu.
Status Konservasi
Ayam hutan abu-abu dalam daftar merah IUCN, dikategorikan berisiko rendah (Least Concern) dari kepunahan. Ancaman utama adalah perburuan untuk diambil dagingnya. Bulu ayam yang indah juga dijadikan sebagai umpan untuk memancing ikan oleh penduduk setempat. Bulu ayam akan dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai serangga atau lalat yang sangat disukai ikan. Umpan ini didesain untuk mengapung di atas permukaan air. Contoh umpan dari bulu dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini
Gambar 26. Umpan pancing dari bulu ayam hutan abu-abu yang dibentuk mirip serangga. Sumber: Wikipedia.
Minggu, 28 Oktober 2012
The Red Jungle Fowl
1. Ayam hutan Merah/Red Junglefowl (Gallus
gallus Linnaeus, 1758)
Ayam hutan merah adalah jenis ayam liar yang
paling dikenal. Daerah sebarannya sangat luas, mulai dari bagian timur
Pakistan, India utara dan timur, Myanmar, barat daya Yunnan (RRC), Thailand,
Laos, Kamboja, Vietnam, Guangxi dan Pulau Hainan (tenggara RRC) hingga
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Bali. Ayam ini kemudian diintroduksi ke
Kalimantan, Filipina, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Tepian hutan dengan semak
terbuka diselingi perdu, menjadi habitat favorit bagi ayam hutan merah.
Gambar 1. Bagian-Bagian tubuh
Ayam hutan merah.
Ayam hutan merah termasuk jenis burung berukuran
sedang hingga besar. Panjang total jantan berkisar antara 65-75 cm dengan
kisaran berat 0,7 kg – 1,5 kg. Sedangkan betina memiliki panjang 40-45 cm
dengan berat 0,5 – 1 kg.
Menurut MacKinnon et al. (2002), ciri-ciri ayam
hutan merah jantan adalah jengger, muka dan gelambir berwarna merah, bulu leher
terdiri dari kombinasi warna kuning, jingga, coklat dengan strip hitam vertikal
di tengah, bulu tengkuk (tidak kelihatan di Gambar 1), penutup
ekor dan penutup sayap berwarna hitam bercampur hijau atau biru perunggu.
Bulu mantel berwarna coklat berangan, bulu ekor
panjang, dengan warna hitam bercampur hijau berkilauan. Tubuh bagian bawah juga
berwarna hitam kehijauan. Kaki abu-abu kebiruan dengan taji yang melengkung dan
runcing. Secara sederhana, bagian-bagian tubuh ayam merah dapat dilihat
pada Gambar 1 di atas.
Gambar 2. Sepasang Ayam hutan
merah. Jantan (kiri) dan betina (kanan). Sumber:
http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Ayam hutan merah betina berwarna coklat suram.
Bulu leher kuning kecoklatan dengan coretan hitam vertikal di tengah bulu. Ayam
hutan betina yang masih asli sama sekali tidak memiliki jengger, gelambir dan
taji. Kalaupun ada, ukuran jengger dan gelambirnya sangat kecil. Profil
ayam hutan merah jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2 di
atas.
Gambar 3. Ayam hutan merah
jantan sedang berkokok di atas pohon.
Kukuruyuuuuuuk….. Ayam hutan jantan akan berkokok
nyaring dari atas pohon, saat mentari mulai muncul di batas cakrawala. Kokoknya
keras tapi tidak sepanjang kokok ayam kampung. Kokok ayam hutan juga tidak
sepagi ayam kampung yang mulai berkokok sejak dinihari. Hal ini untuk
menghindari datangnya hewan pemangsa, saat hari masih gelap. Jika tanah sudah
benar-benar terang, ayam hutan akan turun menuju semak terbuka untuk mencari
makan.
Ayam jantan memiliki beberapa macam suara kokokan
dan panggilan yang kompleks. Kokok yang nyaring berfungsi untuk menegaskan
kehadiran ayam jantan di tempat tertentu atau sebagai peringatan terhadap ayam
jantan lain agar tidak melanggar batas teritorial. Saat menemukan makanan, ayam
jantan akan memanggil betinanya dengan suara tertentu untuk mendekat agar lebih
mudah dirayu. Jika melihat burung elang atau hewan pemangsa lainnya, ayam
jantan akan memekik keras mengeluarkan nada peringatan.
Gambar 4. Ayam hutan merah
jantan asli dengan tipe cuping berwarna merah, sedang mengais tanah mencari
makan. Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Setelah turun dari pohon, ayam hutan akan segera
sibuk mengais tanah dan serasah dedaunan untuk mencari serangga, biji-bijian,
bunga, buah-buahan yang jatuh dari pohon, pucuk rumput dan hewan kecil lainnya
(Gambar 4). Kadang-kadang, ayam hutan akan menelan beberapa
butir pasir, untuk membantu mencerna biji-bijian dalam temboloknya.
Ayam jantan dewasa yang dominan, biasanya akan
mencari makan dengan beberapa selir betinanya. Ayam betina yang memiliki anak
yang baru menetas, cenderung agresif dan sedikit menjaga jarak dari ayam dewasa
lainnya. Sedangkan pejantan dan betina muda, kadang-kadang soliter atau
berkelompok menurut jenis kelaminnya masing-masing.
Gambar 5. Dua ekor ayam hutan
jantan sedang bertarung. Sumber:
http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm.
Saat musim berbiak tiba, ayam jantan akan
bertarung memperebutkan betina atau mempertahankan daerah teritorialnya (Gambar
5). Ayam jantan terkuat akan mendapatkan daerah teritorial yang lebih
luas dan menarik perhatian beberapa ekor ayam betina.
Kemampuan berkelahi ayam hutan jantan tergolong
sangat baik. Serangannya cepat. Gerakan kakinya juga gesit saat menghindar.
Kelihaiannya dalam melompat dan bertempur di udara, jauh di atas rata-rata ayam
domestik. Gaya bertarungnya sangat indah seperti ayam Filipina. Namun, bobot
tubuhnya yang ringan menyebabkan ayam hutan tidak tahan pukul. Ayam hutan juga
takut menghadapi ayam domestik yang berukuran jauh lebih besar seperti ayam
kampung atau ayam Bangkok.
Bagi ayam betina, memilih pejantan yang paling
kuat adalah syarat mutlak untuk hidup di alam liar. Pejantan terkuat akan
menghasilkan keturunan yang lebih baik, dapat memberikan perlindungan dari
predator karena tingkat kewaspadaannya yang tinggi dan memperoleh akses bahan
makanan yang lebih banyak di daerah teritorial yang lebih luas.
Gambar 6. Sarang ayam hutan
merah di habitat aslinya. Sumber: http://rimbundahan.org/(2005).
Ayam hutan merah membuat sarangnya di atas tanah
(Gambar 6). Sarang ini berada di dalam semak-semak,
tertutup oleh serasah daun dan ranting yang kering, agar terlindung dari
sengatan cahaya matahari dan hujan. Betina akan bertelur sebanyak 2-12 butir
setiap musim berbiak (tergantung sub-spesiesnya). Telur ini akan dierami selama
21 hari atau lebih hingga menetas.
Gambar 7. Dua anak ayam hutan
dan tiga anak ayam kampung umur satu pekan. Perhatikan bulu sayap yang tumbuh
sangat cepat pada anak ayam hutan. Bulu sayap ini berwarna putih abu-abu. Sayap
anak ayam kampung tumbuh lebih lambat dan tetap berwarna coklat. Sumber:
http://ayamhutan.tripod.com/junglefowl.html.
Anak ayam yang baru menetas berwarna kuning gelap
dengan garis coklat besar di punggung dan kepalanya untuk berkamuflase. Bulu
sayap tumbuh cepat berwarna coklat abu-abu keputihan (Gambar 7).
Anak ayam umur satu pekan sudah mampu terbang dalam jarak pendek. Dalam
beberapa pekan, anak ayam ini dapat terbang dengan cepat untuk menghindari
pemangsa.
Menurut Dr. Shaik Mohamed Amin Babjee, seorang
peneliti ayam hutan dari Malaysia, anak ayam hutan sangat sensitif terhadap
gangguan sehingga mudah mengalami stress. Ketahanan tubuh juga tidak sekuat
anak ayam kampung sehingga rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Ayam hutan betina akan mengasuh anaknya hingga
mampu mandiri dan mencari makan sendiri. Ayam betina mencapai umur dewasa dan
siap kawin saat berumur 8-10 bulan. Sedangkan ayam jantan, mencapai usia dewasa
sepenuhnya saat berumur sekitar 12 bulan. Dibandingkan jenis ayam lainnya, ayam
hutan memiliki laju pertumbuhan yang lambat.
Langganan:
Postingan (Atom)