1. Ayam hutan Merah/Red Junglefowl (Gallus
gallus Linnaeus, 1758)
Ayam hutan merah adalah jenis ayam liar yang
paling dikenal. Daerah sebarannya sangat luas, mulai dari bagian timur
Pakistan, India utara dan timur, Myanmar, barat daya Yunnan (RRC), Thailand,
Laos, Kamboja, Vietnam, Guangxi dan Pulau Hainan (tenggara RRC) hingga
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Bali. Ayam ini kemudian diintroduksi ke
Kalimantan, Filipina, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Tepian hutan dengan semak
terbuka diselingi perdu, menjadi habitat favorit bagi ayam hutan merah.
Gambar 1. Bagian-Bagian tubuh
Ayam hutan merah.
Ayam hutan merah termasuk jenis burung berukuran
sedang hingga besar. Panjang total jantan berkisar antara 65-75 cm dengan
kisaran berat 0,7 kg – 1,5 kg. Sedangkan betina memiliki panjang 40-45 cm
dengan berat 0,5 – 1 kg.
Menurut MacKinnon et al. (2002), ciri-ciri ayam
hutan merah jantan adalah jengger, muka dan gelambir berwarna merah, bulu leher
terdiri dari kombinasi warna kuning, jingga, coklat dengan strip hitam vertikal
di tengah, bulu tengkuk (tidak kelihatan di Gambar 1), penutup
ekor dan penutup sayap berwarna hitam bercampur hijau atau biru perunggu.
Bulu mantel berwarna coklat berangan, bulu ekor
panjang, dengan warna hitam bercampur hijau berkilauan. Tubuh bagian bawah juga
berwarna hitam kehijauan. Kaki abu-abu kebiruan dengan taji yang melengkung dan
runcing. Secara sederhana, bagian-bagian tubuh ayam merah dapat dilihat
pada Gambar 1 di atas.
Gambar 2. Sepasang Ayam hutan
merah. Jantan (kiri) dan betina (kanan). Sumber:
http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Ayam hutan merah betina berwarna coklat suram.
Bulu leher kuning kecoklatan dengan coretan hitam vertikal di tengah bulu. Ayam
hutan betina yang masih asli sama sekali tidak memiliki jengger, gelambir dan
taji. Kalaupun ada, ukuran jengger dan gelambirnya sangat kecil. Profil
ayam hutan merah jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2 di
atas.
Gambar 3. Ayam hutan merah
jantan sedang berkokok di atas pohon.
Kukuruyuuuuuuk….. Ayam hutan jantan akan berkokok
nyaring dari atas pohon, saat mentari mulai muncul di batas cakrawala. Kokoknya
keras tapi tidak sepanjang kokok ayam kampung. Kokok ayam hutan juga tidak
sepagi ayam kampung yang mulai berkokok sejak dinihari. Hal ini untuk
menghindari datangnya hewan pemangsa, saat hari masih gelap. Jika tanah sudah
benar-benar terang, ayam hutan akan turun menuju semak terbuka untuk mencari
makan.
Ayam jantan memiliki beberapa macam suara kokokan
dan panggilan yang kompleks. Kokok yang nyaring berfungsi untuk menegaskan
kehadiran ayam jantan di tempat tertentu atau sebagai peringatan terhadap ayam
jantan lain agar tidak melanggar batas teritorial. Saat menemukan makanan, ayam
jantan akan memanggil betinanya dengan suara tertentu untuk mendekat agar lebih
mudah dirayu. Jika melihat burung elang atau hewan pemangsa lainnya, ayam
jantan akan memekik keras mengeluarkan nada peringatan.
Gambar 4. Ayam hutan merah
jantan asli dengan tipe cuping berwarna merah, sedang mengais tanah mencari
makan. Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Setelah turun dari pohon, ayam hutan akan segera
sibuk mengais tanah dan serasah dedaunan untuk mencari serangga, biji-bijian,
bunga, buah-buahan yang jatuh dari pohon, pucuk rumput dan hewan kecil lainnya
(Gambar 4). Kadang-kadang, ayam hutan akan menelan beberapa
butir pasir, untuk membantu mencerna biji-bijian dalam temboloknya.
Ayam jantan dewasa yang dominan, biasanya akan
mencari makan dengan beberapa selir betinanya. Ayam betina yang memiliki anak
yang baru menetas, cenderung agresif dan sedikit menjaga jarak dari ayam dewasa
lainnya. Sedangkan pejantan dan betina muda, kadang-kadang soliter atau
berkelompok menurut jenis kelaminnya masing-masing.
Gambar 5. Dua ekor ayam hutan
jantan sedang bertarung. Sumber:
http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm.
Saat musim berbiak tiba, ayam jantan akan
bertarung memperebutkan betina atau mempertahankan daerah teritorialnya (Gambar
5). Ayam jantan terkuat akan mendapatkan daerah teritorial yang lebih
luas dan menarik perhatian beberapa ekor ayam betina.
Kemampuan berkelahi ayam hutan jantan tergolong
sangat baik. Serangannya cepat. Gerakan kakinya juga gesit saat menghindar.
Kelihaiannya dalam melompat dan bertempur di udara, jauh di atas rata-rata ayam
domestik. Gaya bertarungnya sangat indah seperti ayam Filipina. Namun, bobot
tubuhnya yang ringan menyebabkan ayam hutan tidak tahan pukul. Ayam hutan juga
takut menghadapi ayam domestik yang berukuran jauh lebih besar seperti ayam
kampung atau ayam Bangkok.
Bagi ayam betina, memilih pejantan yang paling
kuat adalah syarat mutlak untuk hidup di alam liar. Pejantan terkuat akan
menghasilkan keturunan yang lebih baik, dapat memberikan perlindungan dari
predator karena tingkat kewaspadaannya yang tinggi dan memperoleh akses bahan
makanan yang lebih banyak di daerah teritorial yang lebih luas.
Gambar 6. Sarang ayam hutan
merah di habitat aslinya. Sumber: http://rimbundahan.org/(2005).
Ayam hutan merah membuat sarangnya di atas tanah
(Gambar 6). Sarang ini berada di dalam semak-semak,
tertutup oleh serasah daun dan ranting yang kering, agar terlindung dari
sengatan cahaya matahari dan hujan. Betina akan bertelur sebanyak 2-12 butir
setiap musim berbiak (tergantung sub-spesiesnya). Telur ini akan dierami selama
21 hari atau lebih hingga menetas.
Gambar 7. Dua anak ayam hutan
dan tiga anak ayam kampung umur satu pekan. Perhatikan bulu sayap yang tumbuh
sangat cepat pada anak ayam hutan. Bulu sayap ini berwarna putih abu-abu. Sayap
anak ayam kampung tumbuh lebih lambat dan tetap berwarna coklat. Sumber:
http://ayamhutan.tripod.com/junglefowl.html.
Anak ayam yang baru menetas berwarna kuning gelap
dengan garis coklat besar di punggung dan kepalanya untuk berkamuflase. Bulu
sayap tumbuh cepat berwarna coklat abu-abu keputihan (Gambar 7).
Anak ayam umur satu pekan sudah mampu terbang dalam jarak pendek. Dalam
beberapa pekan, anak ayam ini dapat terbang dengan cepat untuk menghindari
pemangsa.
Menurut Dr. Shaik Mohamed Amin Babjee, seorang
peneliti ayam hutan dari Malaysia, anak ayam hutan sangat sensitif terhadap
gangguan sehingga mudah mengalami stress. Ketahanan tubuh juga tidak sekuat
anak ayam kampung sehingga rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Ayam hutan betina akan mengasuh anaknya hingga
mampu mandiri dan mencari makan sendiri. Ayam betina mencapai umur dewasa dan
siap kawin saat berumur 8-10 bulan. Sedangkan ayam jantan, mencapai usia dewasa
sepenuhnya saat berumur sekitar 12 bulan. Dibandingkan jenis ayam lainnya, ayam
hutan memiliki laju pertumbuhan yang lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar